Partisipasi Gugus Tetangga
Mekanisme partisipasi gugus tetangga terdiri atas
dua reaksi substitusi SN2 yang masing-masing menyebabkan inversi sehingga
hasilnya adalah penahanan konfigurasi. Tahap pertama reaksi ini adalah gugus
tetangga bertindak sebagai nukleofil yang memaksa gugus-pergi untuk keluar,
tapi tetangga tersebut masih tetap bertahan terikat pada atom karbon di mana
gugus-pergi terikat sebelumnya. Di dalam tahap kedua, nukleofil eksternal
mengusir gugus tetangga melalui serangan dari arah belakang.
Kecepatan reaksi yang teramati adalah lebih cepat
daripada jika Y menyerang secara langsung. Hal ini karena jika reaksi di mana Y
menyerang secara langsung adalah reaksi yang lebih cepat maka reaksi itulah
yang seharusnya terjadi, namun fakta yang diperoleh tidak mendukung untuk
terjadinya reaksi tersebut. Hukum kecepatan reaksi dalam mekanisme partisipasi gugus-tetangga adalah orde satu, Y tidak
mengambil bagian dalam tahap penentu kecepatan reaksi.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah mengapa
serangan Z lebih cepat daripada serangan Y. Jawabannya adalah gugus Z lebih
tersedia pada posisi yang tepat; sedangkan untuk bereaksi dengan Y, Y harus
bertumbukan dengan substrat. Reaksi antara substrat dengan Y melibatkan
penurunan entropi aktivasi yang besar (ΔSǂ) karena dalam keadaan
transisi, reaktan jauh kurang bebas daripada sebelumnya. Reaksi Z melibatkan
pelepasan ΔSǂ yang jauh lebih kecil.
Fakta penting yang pertama untuk keberadaan
mekanisme ini adalah diperlihatkannya pertahanan konfigurasi yang terjadi jika
substratnya sesuai. Telah diperlihatkan bahwa pasangan treo DL-3-bromo-2-butanol
ketika diolah dengan HBr menghasilkan DL-2,3-dibromobutana, sedangkan pasangan eritro-nya
menghasilkan isomer meso.
Hal tersebut di
atas menunjukkan bahwa terjadi pertahanan konfigurasi. Kadang
terjadi serangan
Y pada karbon yang bukan mengikat X, melainkan pada karbon dimana mulanya Z terikat.
1.2
Partisipasi Gugus Tetangga Melalui
Ikatan π
dan σ
Semua gugus tetangga
yang telah dibicarakan di atas melakukan serangan internal dengan menggunakan
pasangan elektron pasangan elektron bebas. Di dalam diskusi selanjutnya akan
dibicarakan partisipasi melalui ikatan π C=C serta ikatan σ C-C dan C-H.
Pastisipasi ini ada yang melibatkan spesies-antara yang disebut dengan karbokation
non-klasik. Di dalam karbokation non-klasik, muatan positif berlokasi pada satu
atom karbon atau terdelokalisasi melalui resonansi yang melibatkan pasangan
elektron bebas atau ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga dalam posisi
alilik. Jika suatu ikatan rangkap dua atau rangkap tiga karbonkarbon berpartisipasi
dalam proses perginya gugus-pergi untuk membentuk karbokation, maka hal itu
dimungkinkan melibatkan karbokation non-klasik, meskipun tidak selalu
berkaitan. Ada empat kemungkinan:
1. Gugus
pergi dapat pergi tanpa bantuan, dan kemudian ion non-klasik terbentuk.
Dalam hal ini, tidak
ada peningkatan kecepatan reaksi (dibandingkan dengan reaksi yang sama yang
berjalan pada siklopentil tosilat).
2.
Ikatan rangkap dua atau rangkap tiga karbon-karbon membantu perginya gugus-pergi
namun hanya menghasilkan karbokation klasik yang terbuka.
Dalam hal ini,
kecepatan reaksi meningkat namun tidak ada karbokation non-klasik yang terlibat.
3. Bantuan gugus dan ion non-klasik terlibat.
4. Tidak membantu ionisasi membentuk karbokation
klasik.
Terjadinya peningkatan kecepatan reaksi biasanya
dijadikan bukti tentang adanya bantuan gugus, namun bukan selalu menjadi bukti
adanya karbokation nonklasik. Ada beberapa fakta yang dapat digunakan sebagai
bukti adanya partisipasi ikatan ikatan π
dan σ serta keberadaan karbokation non-klasik.
1.2.1
C=C sebagai gugus tetangga
Bukti yang kuat bahwa
gugus C=C dapat bertindak sebagai gugus tetangga adalah asetolisis senyawa 8
lebih cepat 1011 kali daripada senyawa 9, dan berlangsung dengan
mempertahankan konfigurasi. Data kecepatan reaksi sendiri bukanlah menjadi
bukti penting bahwa asetolisis tersebut melibatkan karbokation non-klasik sebagai
spesies-antara, tapi adalah bukti yang kuat bahwa gugus C=C membantu perginya
gugus OTs. Bukti yang kuat untuk kebedaan karbokation non-klasik datang dari
studi NMR kation norbornaldienil (10) yang relatif stabil. Spektrum spesies
kimia tersebut memperlihatkan proton 2 dan 3 tidak ekuivalen dengan proton 5 dan 6.
Jadi
ada interaksi antara karbon bermuatan dengan satu ikatan rangkap dua, yang mana
dapat dijadikan bukti untuk keberadaan ion non-klasik yang analog dengannya.
1.2.2
Siklopropil sebagai gugus tetangga
Sebagaimana telah
diketahui bahwa cincin siklopropana mempunyai kemiripan sifat dengan ikatan
rangkap dua. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika cincin yang berada
pada posisi yang tepat maka dapat berpartisipasi sebagai gugus tetangga. Sebagai
contoh adalah solvolisis endo-anti-trisiklo-[3.2.1.0]oktan-8-il p-nitrobenzoat
(senyawa 11) lebih sekitar 1014 kali lebih cepat daripada senyawa 12.
Tampaknya cincin siklopropil yang ada pada posisi
yang tepat dapat lebih efektif sebagai gugus tetangga daripada ikatan rangkap
dua. Perlunya penekanan tentang posisi yang tepat terbukti dengan fakta
kecepatan solvolisis senyawa 14 hanya sekitar lima kali lebih cepat
daripada senyawa 13, sedangkan solvolisis senyawa 15 sekitar tiga
kali lebih lambat daripada solvolisis
senyawa 13.
1.2.3
Cincin aromatik sebagai gugus
tetangga
Banyak sekali bukti
bahwa cincin aromatik dalam posisi-β
dapat
berfungsi sebagai gugus tetangga yang dapat berpartisipasi. Bukti secara
stereokimia diperoleh melalui solvolisis L-treo-3-fenil-2-butil tosilat
(senyawa 16) di dalam asam asetat. Sebanyak 96 % produk asetat yang
diperoleh adalah isomer treo dan sekitar 4% saja isomer eritro.
Lebih dari itu, kedua isomer D dan L treo (17) dan (18)
dihasilkan dalam jumlah yang hampir sama (campuran rasemik). Jika solvolisis
dijalankan di dalam asam format maka lebih sedikit lagi isomer eritro yang
diperoleh. Hasil ini mirip dengan yang ditemukan pada reaksi 3-bromo-2-butanol
dengan HBr, dan hal ini mengarahkan kepada kesimpulan bahwa konfigurasi
dipertahankan karena fenil bertindak sebagai gugus tetangga yang dapat berpartisifasi.
Meskipun demikian, bukti dari studi kecepatan reaksi
tidak demikian sederhana. Jika gugus aril-β membantu perginya gugus-pergi, maka
kecepatan solvolisis seharusnya meningkat, tapi umumnya tidak demikian.
Meskipun demikian, studi kecepatan solvolisis dalam sistem 2-ariletil
memberikan fakta yang rumit. Untuk sistem primer yang sekunder, ada dua jalan
yang mungkin ada. Satu dari jalan tersebut (kΔ) adalah aril
berprilaku sebagai gugus tetangga yang berpartisipasi mendorong keluar
gugus-pergi menghasilkan ion fenonium (19), dan gugus aril selanjutnya
didorong keluar kembali oleh pelarut SOH sehingga hasil kesluruhannya adalah
substitusi dengan konfigurasi yang pertahanan (atau penataan ulang jika 19
terbuka dari sisi lain).
Jalan
yang lain (ks) adalah serang SN2 oleh pelarut pada
karbon gugus-pergi. Hasil netto di sini adalah inversi dan tidak ada
kemungkinan penataan ulang. Kedua proses tersebut berjalan secara
sendiri-sendiri. Kedominanan satu terhadap yang lain tergantung pada pelarut
dan sifat gugus aril. Perbandingan kΔ/ks paling tinggi
untuk pelarut yang bersifat nukleofil lemah sehingga kurang untuk berkompetisi dengan
gugus aril. Urutan nilai perbandingan kΔ/ks beberapa
pelarut adalah sebagai berikut: EtOH < CH3COOH < HCOOH < CF3COOH.
1.2.4
Ikatan tunggal karbon-karbon
sebagai gugus tetangga
Pengamatan tentang
keterlibatan ikatan tungggal C-C sebagai gugus tetangga dilakukan pada sistem
2-norbornil. Solvolisis dalam asam asetat ekso-2-norbornil brosilat (20)
menghasilkan campuran rasemik dari dua asetat ekso, dan tidak ada isomer
endo yang terbentuk.
Lagi
pula, kecepatan solvolisis senyawa 20 sekitar 350 kali lebih cepat
daripada kecepatan solvolisis isomer endonya. Nilai perbandingan ekso/endo yang
serupa ditemukan pada berbagai sistem 2,2,1 yang lain. Kedua hal tersebut
(fenomena isomer dan kecepatan reaksi) di atas menunjukkan bahwa ikatan 1,6
membantu perginya gugus-pergi dan adanya keterlibatan spesies-antara nonklasik 21.
Adapun
alasan mengapa solvolisis isomer endo tidak dibantu oleh ikatan 1,6 adalah karena
gugus-pergi bukan pada posisi yang disukainya untuk serangan dari belakang.
1.2.5
Metil sebagai gugus tetangga
Pada solvolisis sistem
neopentil seperti neopentil tosilat (22), hampir seluruhnya produknya
adalah hasil penataan ulang, dan sudah dipastikan bahwa spesies 23 terdapat
dalam jalur reaksi tersebut. Akan tetapi ada dua pertanyaan yang muncul: (1)
apakah perginya gugus-pergi bersamaan dengan terbentuknya ikatan CH3-C (dalam
hal ini, apakah gugus metil berpartisipasi)?; (2) apakah spesies 22 merupakan
spesies-antara ataukah hanya sebagai keadaan transisi?
Bukti utama terhadap pertanyaan pertama adalah hasil
studi isotop yang menunjukkan bahwa gugus metil dalam sistem neopentil ikut
berpartisipasi, meskipun hal itu tidak terlalu meningkatkan kecepatan reaksi.
Demikian pula untuk pertanyaan kedua, bukti bahwa speies 23 adalah
spesies-antara adalah bahwa sejumlah kecil siklopropana (10 – 15%) yang dapat
disiolasi dari reaksi tersebut. Spesies 23 adalah
siklopropanaterprotonasi dan akan menghasilkan siklopropana pada pelepasan
proton. Upaya untuk mengisolasi struktur 24 tealah dilakukan, kation
2,3,3-trimetil-2-butil telah dibuat dalam larutan asam-super pada temperature rendah,
akan tetapi pada analisis dengan proton dan karbon-NMR
memperlihatkan bahwa kation tersebut ada dalam kesetimbangan yang sangat cepat
dengan ion terbuka. Tentu saja spesies 24 sudah pasti ada dalam jalur
reaksi kesetimbangan dua rantai terbuka, namun keberadaannya hanya sebagai
keadaan transisi.
1.2.6
Hidrogen sebagai gugus tetangga
Pertanyaan yang terkait
dengan hidrogen adalah mirip dengan pertanyaan yang terkait dengan metil. Tidak
ada pertanyaan bahwa hidrida bisa merpindah, tetapi dua pertanyaannya adalah:
(1) apkah hidrogen berpartisipasi dalam perginya gugus-pergi?, (2) apakah
spesies 25 adalah spesies-antara atau hanya sekedar keadaan transisi?
Ada beberapa fakta bahwa hidrogen-β dapat
berpartisipasi. Bukti bahwa spesies 25 dapat sebagai spesies-antara
dalam reaksi solvolisis datang dari studi solvolisis asam trifluoro sek-butil
terdeuterium tosilat (26). Di dalam pelarut nukleofil yang sangat
lemah, produknya adalah campuran equimolar senyawa 27 dan 28,
tapi tidak ada 29 atau 30 ditemukan. Jika reaksi ini tidak
melibatkan sama sekali partisipasi hidrogen (murni SN2 atau SN1)
maka produknya hanya senyawa
27.
Pada sisi lain, jika hidrogen berpindah, tapi hanya kation terbuka yang terlibat maka akan ada kesetimbangan empat kation.
Hasil ini paling mudah dicocokkan dengan
spesies-antara 31 yang dapat diserang oleh pelarut pada posisi 2 dan 3
secara berimbang. Upaya untuk membuat spesies 25 sebagai spesies stabil
di dalam larutan super asam pada suhu rendah telah gagal. Hasil spektral
menunjukkan bahwa kation 2,3-dimetil-2-butil (32) dan kation butil (33)
ada dalam kesetimbangan pasangan ion-ion, di mana 25 hanyalah suatu keadaan
transisi.
Pertanyaan yang muncul adalah
1.mengapa pad mekanisme pengaruh gugus tetangga serangan Z lebih cepat daripada serangan Y
2.Adakah hubungan antara kebasaan dan
elektronegativitas dengan gugus terhadap gugus pergi yang baik
3. Factor2
apa saja penentu gugus pergi yang baik?
Saya akan menjawab pertanyaannya, gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
ReplyDeleteHello nafisah Terima kasih atas materinya
ReplyDeleteMengapa gugus Z lebih cepat menyerang hal inibkarena gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan menyerang terlebih dahulu.
Menurut saya, hal ini dikarenakan pada gugus z tersedia dalam posisi yang tepat. Sedangkan untuk bereaksi dengan y harus membutuhkan substrat yang menyebabkan terjadinya penurunan energi aktivasi yang besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
ReplyDeleteterimakasih atas pemaparan dari saudari nafisah saya akan mencoba menjawab yaitu gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang.
ReplyDeleteHai nafisah , saya akan menjawab pertanyaan anda menurut saya hal ini dikarenakan gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dengan y harus membutuhkan substrat Yang mana hal ini menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
ReplyDeleteterimakasih nafisah menurut saya gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
ReplyDeleteTerima kasib atas materinya
ReplyDeleteMenurut saya gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
Terimakasih atas materinya menurut saya Jawabannya, gugus z tersedia dalm posisi yang tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
ReplyDeleteterima kasih atas materinya menurut saya gugus Z lebh cepat menyerang dikarenakan gugus z tersedia dalm posisi yg tepat sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
ReplyDeleteterimakasih untuk materinya..
ReplyDeletesaya akan mencoba menjawab pertanyaan pertama ..
menurut saya dalam mekanisme tersebut gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
terimakasih..
Materi yang menarik Nafisah,
ReplyDelete1. Gugus z tersedia dalam posisi yang tepat. Sedangkan untuk bereaksi dengan y harus membutuhkan substrat yang menyebabkan terjadinya penurunan energi aktivasi yang besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
2. menurut saya hubungan kebasaan dengan leaving group ialah semakin lemah sifat kebasaan suatu senyawa, maka kemampuan untuk pergi akan lebih baik. sehingga basa yg bersifat lebih lemah akan bertindah sebagai good leaving group
Terimakasih atas materinya
ReplyDeleteSaya akan menjawab permasalahan yang ada
Menurit saya gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
Semoga bermanfaat
materi yang sangat menarik, gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang.
ReplyDeleteterimakasih,
ReplyDeletesaya mencoba menjawab pertanyaan kedua menurut saya hubungan kebasaan dengan leaving group ialah semakin lemah sifat kebasaan suatu senyawa, maka kemampuan untuk pergi akan lebih baik. sehingga basa yg bersifat lebih lemah akan bertindah sebagai good leaving group
Terimakasih atas materinya nafisah
ReplyDelete1. Gugus z tersedia dalam posisi yang tepat. Sedangkan untuk bereaksi dengan y harus membutuhkan substrat yang menyebabkan terjadinya penurunan energi aktivasi yang besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
2.Kebasaan dengan leaving group ialah semakin lemah sifat kebasaan suatu senyawa, maka kemampuan untuk pergi akan lebih baik. sehingga basa yg bersifat lebih lemah akan bertindah sebagai good leaving group
Terimakasih :)
terima kasih atas materinya nafisah, menurut saya gugus z tersedia dalam posisi yang tepat. Sedangkan untuk bereaksi dengan y harus membutuhkan substrat yang menyebabkan terjadinya penurunan energi aktivasi yang besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
ReplyDeleteterimakasih atas penjelasan materinya menurut saya
ReplyDelete2. Hubungan kebasaan dengan leaving group ialah semakin lemah sifat kebasaan suatu senyawa, maka kemampuan untuk pergi akan lebih baik. sehingga basa yang bersifat lebih lemah akan bertindah sebagai good leaving group
Menurut saya untuk jawaban no. 1 gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang sedangkan untuk jawaban no. 2 hubungan kebasaan dengan leaving group ialah semakin lemah sifat kebasaan suatu senyawa, maka kemampuan untuk pergi akan lebih baik sehingga dalam hal ini basa yang bersifat lebih lemah akan bertindak sebagai leaving group.
ReplyDeleteterimakasih atas materinya, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1. Karena gugus Z lebih tersedia pada posisi yang tepat; sedangkan untuk bereaksi dengan Y, maka Y harus bertumbukan dengan substra terlebih dahulu. Reaksi antara substrat dengan Y melibatkan penurunan entropi aktivasi yang besar (ΔSǂ) karena dalam keadaan transisi, reaktan jauh kurang bebas daripada sebelumnya. Reaksi Z melibatkan pelepasan ΔSǂ yang jauh lebih kecil karena masih dalam 1 molekul. Sehingga reaksi Z lebih cepat daripada Y.
ReplyDeletesaya akan menjawab pertanyaan no 1, Karena gugus Z lebih tersedia pada posisi yang tepat; sedangkan untuk bereaksi dengan Y, maka Y harus bertumbukan dengan substra terlebih dahulu. Reaksi antara substrat dengan Y melibatkan penurunan entropi aktivasi yang besar (ΔSǂ) karena dalam keadaan transisi, reaktan jauh kurang bebas daripada sebelumnya. Reaksi Z melibatkan pelepasan ΔSǂ yang jauh lebih kecil karena masih dalam 1 molekul. Sehingga reaksi Z lebih cepat daripada Y.
ReplyDeleteterimakasih atas materinya disini pada pertanyaan kedua hubungan kebasaan dengan leaving group ialah semakin lemah sifat kebasaan suatu senyawa, maka kemampuan untuk pergi akan lebih baik. sehingga basa yg bersifat lebih lemah akan bertindah sebagai good leaving group
ReplyDeleteTerimakasih nafisah
ReplyDeleteUntuk pertanyaannya
1. serangan gugus tetangga (Z:) lebih cepat daripada serangan nukleofil (Y:). Mengapa? Karena gugus Z lebih tersedia pada posisi yang tepat; sedangkan untuk bereaksi dengan Y, maka Y harus bertumbukan dengan substra terlebih dahulu. Reaksi antara substrat dengan Y melibatkan penurunan entropi aktivasi yang besar (ΔSǂ) karena dalam keadaan transisi, reaktan jauh kurang bebas daripada sebelumnya. Reaksi Z melibatkan pelepasan ΔSǂ yang jauh lebih kecil karena masih dalam 1 molekul. Sehingga reaksi Z lebih cepat daripada Y.
Sekian :)
Terimakasih atas materinya nafisah:)
ReplyDeletesaya akan menjawab pertanyaan yg pertama yaitu gugus Z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg Y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga Z akan lebih dulu menyerang
2. hubungan kebasaan dengan leaving group ialah semakin lemah sifat kebasaan suatu senyawa, maka kemampuan untuk pergi akan lebih baik. sehingga basa yg bersifat lebih lemah akan bertindak sebagai good leaving group
ReplyDelete1. gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang.
ReplyDelete2. hubungan kebasaan dengan leaving group ialah semakin lemah sifat kebasaan suatu senyawa, maka kemampuan untuk pergi akan lebih baik. sehingga basa yg bersifat lebih lemah akan bertindah sebagai good leaving group
Terimakasih nafisah,menurut saya Jawabannya, gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
ReplyDeleteMateri yang menarik Nafisah,
ReplyDelete1. Gugus z tersedia dalam posisi yang tepat. Sedangkan untuk bereaksi dengan y harus membutuhkan substrat yang menyebabkan terjadinya penurunan energi aktivasi yang besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
2. menurut saya hubungan kebasaan dengan leaving group ialah semakin lemah sifat kebasaan suatu senyawa, maka kemampuan untuk pergi akan lebih baik. sehingga basa yg bersifat lebih lemah akan bertindah sebagai good leaving group
semoga membantu (:
Menurut saya Mengapa gugus Z lebih cepat menyerang hal inibkarena gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan menyerang terlebih dahulu.
ReplyDeleteTerimakasih atas materinya, menurut saya
ReplyDelete1. Gugus z tersedia dalam posisi yang tepat. Sedangkan untuk bereaksi dengan y harus membutuhkan substrat yang menyebabkan terjadinya penurunan energi aktivasi yang besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
2. menurut saya hubungan kebasaan dengan leaving group ialah semakin lemah sifat kebasaan suatu senyawa, maka kemampuan untuk pergi akan lebih baik. sehingga basa yg bersifat lebih lemah akan bertindak sebagai leaving group yang baik
Terima kasih materinya. Gugus z tersedia dalm posisi yg tepat. Sedangkan untuk bereaksi dg y harus membutuhkan substrat Yang menyebabkan penurunan energi aktivasi yg besar sehingga z akan lebih dulu menyerang
ReplyDelete