pembentukan ikatan c-c penyeranagan nukleofil dan elektrofilik


BERIKUT merupakan reaksi  pembentukan ikaan c-c

  1. Reaksi grignard :  reagen Grignard ditambahkan ke keton,aldehid,dan ester untuk membentuk ikatan c-c

Reaksi Grignard ditemukan oleh kimiawan Perancis Auguste Victor Grignard (1871-1935) di tahun 1901. Tahap awal reaksi adalah reaksi pembentukan metil magnesium iodida, reagen Grignard, dari reaksi antara alkil halida (metil iodida dalam contoh di bawah ini) dan magnesium dalam dietil eter kering.

CH3I + Mg –> CH3MgI



Anda pasti melihat bahwa magnisium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan karbanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari aldehida atau alkohol tersier dari keton setelah hidrolisis.

C6H5CHwittig

3MgI –> C6H5CH(CH3)OMgI

Reaksi Grignard adalah contoh reaksi senyawa organologam. Karena berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat disintesis dengan bantuan reaksi Grignard



  1.  Reaksi wittig

Reaksi Wittig memungkinkan pembuatan alkena oleh reaksi aldehid atau keton dengan ylida yang dihasilkan dari garam fosfonium. Geometri dari alkena yang dihasilkan bergantung pada reaktivitas ylide. Jika R'' adalah Ph atau R adalah kelompok penarik elektron, maka ylide distabilkan dan tidak reaktif seperti ketika R'' dan R adalah alkil. Ylide stabil memberi (E)-alkena sedangkan ylide yang tidak stabil menghasilkan (Z)-alkena

Mekanisme Reaksi Wittig

Sikloadisi (2 + 2) dari ylide ke karbonil membentuk intermediet siklik beranggota empat, atau disebut oxaphosphetane. Mekanisme pendahuluan awal pertama-tama mengarah ke betaine sebagai perantara zwitterionik, yang kemudian akan mendekati oxaphosphetane. Keterlibatan betaine semacam itu memainkan peran penting dalam Schlosser Modification. Betaines dapat distabilkan dengan garam litium yang menghasilkan produk sampingan; Oleh karena itu, basa yang sesuai dalam Reaksi Wittig adalah sebagai berikut: NaH, NaOMe, NEt3.

Pic

Kekuatan pendorongnya adalah pembentukan oksida fosfin yang sangat stabil:

Pict

Reaktif ylides memberikan reaksi cepat dan pembukaan cincin cepat berikutnya untuk menghasilkan (Z)-alkena:

Pict



Pict

  1.        Reaksi aldol

Adalah salah salah satu pembentukan ikatan karbon-karbonyang penting dalam kimia organik. Dalam bentuk yang umum, ia melibatkan adisi nukleofilik enolat keton ke sebuah aldehid, membentuk sebuah keton betahidroksi atau aldol (aldehid =+ alkohol), sebuah struktur senyawa obat yang ditemukan secara alami. Kadang-kadang, produksi aldol melepaskan molekul air selama reaksi dan membentuk keton alfa, beta tak jenuh. Hal ini dinamakan kondensasi aldol.

Kondensasi aldol adalah sebuah reaksi organik antara ion enolat dengan senyawa karbonil , membentuk β-hidroksialdehida atau β-hidroksiketon dan diikuti dengan dehidrasi, menghasilkan sebuah enon terkonjugasi. Reaksi kondensasi adalah reaksi di mana dua molekul sederhana atau lebih bersambung menjadi satu molekul besar dengan atau tanpa hilangnya satu molekul kecil.



PENYERANGAN  Nukleofil dan elektrofil



Pada proses heterolisis akan terjadi nukleofil dan elektrofil. Nukleofil adalah spesies (atom / ion/ molekul) yang kaya elektron, sehingga dia tidak suka akan elektron tetapi suka akan nukleus (inti yang kekurangan elektron). Contoh nukleofil:







Sedangkan elektrofil adalah spesies (atom / ion / molekul) yang kekurangan elektron,sehingga ia suka akan elektron.



Contoh elektrofil:



Menurut konsep asam basa Lewis nukleofil adalah suatu basa, sedangkan elektrofil adalah suatu asam. Reaksi senyawa karbon pada dasarnya adalah reaksi antara suatu nukleofil dengan suatu elektrofil.



B. Reaksi Substitusi



Salah satu dari penerapan elektrofil maupun nukleofil adalah dalam reaksi substitusi. Reaksi substitusi terjadi apabila sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi menggantikan sebuah atom atau gugus dari molekul yang bereaksi. Reaksi substitusi dapat terjadi pada atom karbon jenuh atau tak jenuh.




1. Reaksi substitusi nukleofilik



Pada reaksi substitusi nukleofilik atom/ gugus yang diganti mempunyai elektronegativitas lebih besar dari atom C, dan atom/gugus pengganti adalah suatu nukleofil, baik nukleofil netral atau nukleofil yang bermuatan negatif.






Reaktivitas relatif dalam reaksi substitusi nukleofilik dipengaruhi oleh reaktivitas nukleofil, struktur alkilhalida dan sifat dari gugus terlepas. Reaktivitas nukleofil dipengaruhi oleh basisitas, kemampuan mengalami polarisasi, dan solvasi.



2. Reaksi substitusi elektrofilik



Benzena memiliki rumus molekul C6H6, dari rumus molekul tersebut seyogyanya benzena termasuk golongan senyawa hidrokarbon tidak jenuh. Namun ternyata benzena mempunyai sifat kimia yang berbeda dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh. Beberapa perbedaan sifat benzena dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh adalah diantaranya bahwa benzena tidak mengalami reaksi adisi melainkan mengalami reaksi substitusi. Pada umumnya reaksi yang terjadi terhadap molekul benzena adalah reaksi substitusi elektrofilik, hal ini disebabkan karena benzena merupakan molekul yang kaya elektron.





C. Reaksi Adisi



Reaksi adisi terjadi pada senyawa tak jenuh. Molekul tak jenuh dapat menerima tambahan atom atau gugus dari suatu pereaksi. Dua contoh pereaksi yang mengadisi pada ikatan rangkap adalah brom dan hidrogen. Adisi brom biasanya merupakan reaksi cepat, dan sering dipakai sebagai uji kualitatif untuk mengidentifikasi ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Reaksi adisi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:




1. Adisi elektrofilik



Tahap reaksi adisi elektrofilik adalah:



· Tahap 1: serangan terhadap elektrofil E+yang terjadi secara lambat,





· Tahap 2 : serangan nukleofil terhadap karbonium,




Sebagai contoh apabila etena bereaksi dengan HBr , mekanisme reaksi mengikuti langkah sebagai berikut:
Kemudian terjadi serangan nukleofil pada karbonium


2. Adisi nukleofilik


Tahap reaksi adisi nukleofilik adalah:








Adisi nukleofilik ini khusus untuk HX terhadap senyawa C = C – Z, dimana Z adalah CHO, COR, COOR, CN, NO2, SO2R, gugus ini mendominasi delokalisasi elektron pada senyawa intermediet.

pertanyaanya
DALAM SOLVENTYANG MEMILIKI GUGUS OH ATAU NH)SEPERTI METANOL, AKAN MENURUNKAN SIFAT NUKLEOFILITAS. KENPADEMIKIAN?

Comments

  1. Terimakasih atas materinya nafisah.
    Karena solven dapt membentuk ikatan hidrogen dengan anion, hal inibyg menyebabkan turunnya nukleofolitas karena menghalangi anion menyerang elektrofil

    ReplyDelete
  2. terimakasih atas materinya disini jawaban nya Karena solven dapt membentuk ikatan hidrogen dengan anion, hal inibyg menyebabkan turunnya nukleofolitas karena menghalangi anion menyerang elektrofil

    ReplyDelete
  3. Hai Nafisah.
    Menurut saya, metanol merupakan suatu pelarut protik yang akan memperlambat reaksi SN2 oleh solvasi dari reaktan nukleofil. Solven dapt membentuk ikatan hidrogen dengan nukleofil dan membentuk seperti "cage" (cukup sterik) di sekitarnya, oleh krn itulah akan menurunkan reaktivitas serta nukleofilitasnya
    terimakasih

    ReplyDelete
  4. terimakasih atas pemaparan materi yang sangat bermanfaat , menurut saya solven dapat membentuk ikatan antara H dengan anion, hal tersebut yang menjadi penyebab turunnya nukleofolitas yang hasilnya menghalangi anion untuk menyerang elektrofil.

    ReplyDelete
  5. materi yang sangat menarik, menrut saya dimana metanol dapat memperlambat reaksi SN2 karena merupakan suatu pelarut protik yang menyebabkan solvasi dari rekatan nukleofil. Solven dapt membentuk ikatan hidrogen dengan nukleofil dan membentuk seperti "cage" (cukup sterik) di sekitarnya, oleh krn itulah akan menurunkan reaktivitas serta nukleofilitasnya
    terimakasih

    ReplyDelete
  6. Menurut saya, hal ini dikarenakan solven dapat membentuk ikatan hidrogen dengan anion, ini yang menyebabkan turunnya nukleofolitas karena menghalangi anion menyerang elektrofil.

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. Materi yang menarik Nafisah, menurut saya solvent dapat membentuk ikatan hidrogen dengan nukleofil, yang menyebabkan halangan sterik, sehingga oleh krn itulah akan menurunkan reaktivitas serta nukleofilitasnya
    terimakasih

    ReplyDelete
  9. terima kasih atas materinya, menurut saya hal ini dikarenakan solven dapt membentuk ikatan hidrogen dengan anion, hal inibyg menyebabkan turunnya nukleofolitas karena menghalangi anion menyerang elektrofil

    ReplyDelete
  10. terima kasih atas materi yang anda paparkan nafisah. menurut saya karena solven dapat membentuk ikatan hidrogen dengan anion, hal ini yang menyebabkan turunnya nukleofolitas karena menghalangi anion menyerang elektrofil

    ReplyDelete
  11. Terimakasih nafisah
    Untuk pertanyaannya

    Pelarut dengan gugus O – H atau N – H, seperti metanol (MeOH) dapat membentuk ikatan hidrogen dengan anion (sebagai nukleofil). Hal ini akan menurunkan nukleofilisitas karena anion dikelilingi oleh solvent sehingga menghindari anion (nukleofil) tersebut menyerang elektrofil.

    Sekian :)

    ReplyDelete
  12. terimakasih nafisah menurut saya karena anion dikelilingi oleh solven, dan ini akan menghindari anion tersebut menyerang elektrofil. Anion besar kurang larut sehingga merupakan nukleofil yang lebih kuat daripada anion kecil dalam solven protik.

    ReplyDelete
  13. Terima kasih materinya. solvent dapat membentuk ikatan hidrogen dengan nukleofil, yang menyebabkan halangan sterik, sehingga oleh krn itulah akan menurunkan reaktivitas serta nukleofilitasnya

    ReplyDelete

Post a Comment